Di samping itu, kalaupun tersedia, harganya meroket berkali-kali lipat. Meroketnya harga masker pun terjadi di sebanyak online shop atau olshop laksana Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak. Harga masker yang dijual sejumlah platform e-commerce tersebut sudah melonjak lebih dari 10 kali lipat dari harga dalam situasi normal.
Seperti di Shopee, harga 1 box masker dengan brand Sensi Mask dipasarkan seharga Rp 900.000. Satu box itu mengandung 24 pack dengan isi total 144 eksemplar masker. Sementara di penjaja online lainnya, harga masker dengan brand yang sama dipasarkan Rp 300.000 per box dengan isi 50 lembar. Masih dengan masker bermerek Sensi bahkan dipasarkan seharga Rp 899.000 per box dengan isi 50 lembar.
Harga masker di Bukalapak tak jauh berbeda. Harga masker Sensi dipasarkan di kisaran 450.000-500.000 per box dengan isi 50 lembar. Sementara jenis masker N95 relatif lumayan mahal. Harganya sedang di atas Rp 1 juta per box. Contohnya, sekotak masker N95 dengan jenis 3M 8210 yang dipasarkan Rp 1,7 juta guna isi 20 pcs.
"3M N95 ini Umum di pakai untuk Industri perangkat pernapasan hemat sementara menawarkan perlindungan yang paling baik. Fitur format ringan dan klip hidung disesuaikan. N95 respirator dan masker dirancang untuk menolong memberikan kualitas,perlindungan yang handal terhadap partikel-partikel tertentu," bunyi penjelasan salah satu penjaja di halaman toko online miliknya.
Penjual masker di e-commerce tersebut juga rata-rata telah mempunyai bintang lima yang dengan kata lain reputasi mereka telah dikenal baik alias bukan saudagar masker dadakan.
Produsen sangkal naikkan harga
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), Ahyahudin Sodri, menegaskan bila pabrikan masker di Indonesia tidak mendongkrak harga ketika kekhawatiran wabah virus corona.
"Kami sebagai produsen tidak menaikan harga penjualan," kata Ahyahudin. Sebaliknya, pihaknya prihatin harga masker yang dipasarkan di pasaran melonjak tajam. Di samping itu, produsen masker pun sepakat menghentikan ekspor dan konsentrasi memenuhi permintaan masker dalam negeri. "Kami sebagai Produsen, paling prihatin, andai ada pihak yang memungut aksi untung dari tingginya permintaan masker," ujar Ahyahudin.
"Permintaan masker bertambah satu separuh sampai dua kali lipat. Anggota Aspaki konsentrasi melayani permintaan domestik daripada permintaan ekspor," katanya lagi. Diungkapkannya, ketika ini produsen perangkat kesehatan di Indonesia lumayan kewalahan mengisi lonjakan permintaan masker. Opsi impor pun sulit dilakukan, menilik masker di negara lain pun mengalami kelangkaan.
"Berdasarkan data yang kami miliki, terdapat 7 anggota Aspaki yang memproduksi masker. Perusahaan-perusahaan tersebut sudah meningkat kapasitas buatan mereka," ucap Ahyahudin.